Kamis, 10 November 2011

Mengenal Batu Ginjal

Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan pembentukan deposit mineral yang membentuk kalkulus (batu) pada ginjal.  Sebagian besar batu ginjal terdiri dari batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat. Batu ginjal dalm jangka panjang akan  merusak dan menurunkan fungsi ginjal yang membahayakan fungsi tubuh secara keseluruhan (Sony 2011)
Faktor resiko terjadinya batu ginjal adalah hiperkalsuria, hiperurikosuria, hiperoksalouria, dan rendahnya volume dan PH urin. Faktor-faktor tersebut sebagian besar  disebabkan karena pola makan yang kurang baik. Selain itu, infeksi bakteri juga dapat mempermudah pembentukan batu (Anonim 2011).
Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa (Lotan & Pearle 2005). Prevalensi batu ginjal di Amerika bervariasi tergantung pada ras, jenis kelamin dan lokasi geografis. Empat dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat (Clark et al. 1995). Angka kejadian batu ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar  19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang (Depkes 2002).
Penyakit batu ginjal membutuhkan perhatian dan perawatan medis mencegah komplikasi maupun perawatan sakit.  Peran diet dalam perawatan penyakit ini sangat penting untuk terutama agar tidak terbentuk kembali batu ginjal. Selain itu pengaturan diet juga diperlukan untuk meningkatkan ekskresi garam dalam urin dengan cara mengencerkan urin melalui peningkatan asupan cairan. Oleh karena itu, perlu dipelajari pengaturan diet khusus pada batu ginjal.
Etiologi
Batu ginjal disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya pada batu kalsium bikarbonat) atau penurunan PH urine (misalnya pada batu asam urat). Selain itu konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi di dalam darah dan urine serta kebiasaan makan obat tertentu dapat merangsang pembentukan batu. Dengan kata lain segala sesuatu yang menghambat aliran urine dan menyebabkan urine menjadi statis (tidak ada pergerakan) di bagian mana saja pada saluran kemih dapat menngkatkan kemungkinan pembentukan batu. Kegemukan dan kenaikan berat badan menungkatkan risiko batu ginjal akibat peningkatan ekskresi kalsium, oksalat, dan asam urat yang berlebihan (Corwin 2008).
Patofisiologi
Terbentuknya batu di saluran kemih diakibatkan keadaan lewat jenuh dari  mineral dan zat tertentu dalam  urine yang membentuk inti dan cetakan batu. Mineral tersebut adalah kalsium oksalat, kalsium posfat, magnesium amoinium sulfat dan banyak lainnya. Sebagian besar batu ginjal adalah batu kalsium oksalat. Batu kalsium oksalat diakibatkan oleh hiperkalsiuria karena tingginya absorpsi kalsium. Penyebab hiperkalsiuria bermacam-macam, yaitu hiperparatiroidisme, hiperurikosuria, hiperkalsiuria idiopatik, hiperkalsaluria, dan sitrat dalam  urin rendah (Almatsier 2004). Hiperkalsiuria menyebabkan pH urin menjadi alkali yang kemudian akan mengendapkan garam-garam fosfat sehinggga akan memicu pembentukan batu (Anonim 2011). Bila terjadi terus menerus, keberadaan batu akan  menimbulkan infeksi dan sumbatan aliran urine. Keadaan ini dalam jangka waktu tertentu akan merusak dan menurunkan fungsi ginjal yang membahayakan fungsi tubuh secara keseluruhan (Sony 2011).
Tanda dan gejala batu kalsium oksalat
Tanda dan gejala batu kalsium oksalat adalah nyeri pinggang, nyeri saat berkemih, urine keruh atau berdarah. Nyeri bervariasi ringan sampai berat (kolik berat) dan kadang penjalaran nyeri tersebut sampai kelipat paha, testis atau ujung penis. Nyeri ketok pada punggung, bahkan ginjal dapat teraba pada sumbatan urine yang hebat (Sony 2011). Selain itu gejala batu ginjal adalah hematuria yang disebabkan oleh iritasi dan cedera struktur ginjal, penurunan pengeluaran urine apabila terjadi obstruksi aliran, dan pengenceran urine apabila terjadi obstruksi aliran karena kemampuan ginajl memekatkan urine terganggu oleh pembengkakan yang terjadi di sekitar kapiler peritubulus (Corwin 2008)
Pengobatan, perawatan, dan pencegahan
Pengobatan dan perawatan batu ginjal tergantung pada ukuran, lokasi, dan komposisi dan adanya kelainan anatomis dan komplikasi. Tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan gejala, membuat pasien bebas batu, dan mencegah kekambuhan.  Banyaknya asupan cairan adalah cukup untuk mempertahankan output urine 2-3  l / hari. Selain itu, perawatan batu ginjal dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam klorida (≤ 50 mmol / hari) dan membatasi sumber oksalat seperti bayam, coklat, dan kacang-kacangan. Penurunan asupan protein hewani (<52 g / hari) juga sangat membantu dalam mengurangi frekuensi batu kalsium oksalat berulang (Parmar 2004). 
Prinsip Diet
Diet yang diberikan kepada penderita batu ginjal dengan jenis batu kalsium oksalat adalah diet batu kalsium oksalat. Terdapat dua jenis diet batu kalsium oksalat, tergantung pada jenis hiperkalsiuria. Hiperkalsiuria tipe 1 dianjurkan mengkonsumsi cukup kalsium tetapi tidak berlebihan, sedangkan hiperkalsiuria  tipe 2 dianjurkan mengontrol asupan kalsium dalam batas-batas normal, yaitu 500-800 mg untuk laki-laki dan 500-600 mg untuk perempuan.
Syarat Diet
  1. Energi cukup sesuai kebutuhan.
  2. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
  3. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total.
  4. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total.
  5. Cairan tinggi, yaitu 2,5-3 liter/hari, separuh dari minuman
  6. Natrium sedang, yaitu 2300 mg
  7. Kalsium normal, yaitu 500-800 mg/hari. Pembatasan kalsium tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan keseimbangkan kalsium negatif.
  8. Serat tidak larut air tinggi karena dapat mengikat kalsium, sehingga membatasi penyerapannya.
  9. Oksalat rendah. 
  10. Bahan Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
    Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan dalam diet batu oksalat dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
    Tabel 1 Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
    Golongan Bahan Makanan
    Dianjurkan
    Tidak Dianjurkan
    Serealia, umbi-umbian dan hasil olahannya
    Beras, roti tawar, tepung terigu, dan sagu,
    Umbi-umbian yang dapat meningkatkan eksresi oksalat seperti kentang, bit dan ubi,
    Kacang-kacangan dan olahannya
    -
    Semua jenis kacang-kacangan karena dapat meningkatkan eksresi oksalat
    Daging dan olahannya
    Daging sapi, ayam tanpa kulit, dan hasil olahannya
    Daging yang diawetkan seperti dendeng, sarden dan corned beef.
    Telur dan olahannya
    Telur dan hasil olahannya
    Telur yang mengandung banyak natrium, seperti telur asin
    Ikan dan olahannya
    Ikan dan hasil olahannya yang dimakan dengan tulang
    Ikan yang diawetkan seperti ikan asin, teri dan ikan yang dimakan dengan tulang
    Sayuran
    Sayuran yang mengandung  serat tidak larut air tinggi
    Sayuran sumber oksalat, misalnya bayam, sayuran yang diawetkan.
    Buah-buahan
    Buah yang mengandung  serat tidak larut air tinggi
    Buah yang diawetkan, buah yang tinggi oksalat, seperti stroberi dan anggur
    Susu dan olahannya
    -
    Susu, keju dan makanan yang terbuat dari susu
    Lemak dan minyak
    Minyak goreng, margarin
    Mentega
    Gula dan bumbu
    Bumbu yang tidak merangsang
    Coklat
    Lain-lain
    Kue-kue dari beras dan terigu
    Teh

     SUMBER 

    [Anonim]. 2011. Asuhan keperawatan klien nefrolitiasis. http://www.peutuah.com/kedokteran/asuhan-keperawatan-klien-nefrolitiasis.html. [30 Mei 2011].

    Almatsier S, editor. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

    [Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2002. Statistik Rumah Sakit di Indonesia. Seri 3, Morbiditas dan Mortalitas. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

    Clark JY, Thompson IM, Optenberg SA.  1995. Economic impact of urolithiasis in the United States. J Urol 154(6): 2020-2024

    Corwin EJ. 2008. Handbook of Pathophisiology. 3rd Ed. USA: Lippicont William & Wilkins. Subekti NB, penerjemah. Diterjemahkan dari : Buku saku patofisiologi. Jakarta: buku kedokteran EGC

    Lotan Y, Pearle MS. 2005. Economics of Stone Management. EAU Update Series 3(1): 51-60

    Parmar MS. 2004. Kidney stones. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC421787/ [ 30 Mei 2011].

    Sony Y. 2011.  Penanganan batu ginjal dan saluran kemih. http://www.rsazra.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=130&Itemid=2. [ 30 Mei 2011]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar